Rabu, 16 Agustus 2017

Komunikasi Dalam Organisasi

LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016



A.    Definisi Komunikasi
1.      Komunikasi secara Umum
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
2.      Komunikasi menurut para ahli
Himstreet & Baty, Komunikasi adalah suatu proses penukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
The Odorson & The Dorson, Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebgai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
Charles H. Cooley, Komunikasi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.

B.     Unsur-Unsur Komunikasi
1.      Komunikator / Pengirim / Sender
Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa tunggal, kelompok atau organisasi pengirim berita. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
2.      Komunikan / Penerima / Receiver
Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi, penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna.
3.      Saluran / Media / Channel
Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, fax, photo copy, email, sandi morse, smartphone, sms, dan sebagainya. Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto, 1994).

C.    Tahap-Tahap Berkomunikasi
1.      Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2.      Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi disusun dalam serangkain bentuk simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3.      Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting)adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan  berbicara, menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran yang dilalui pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran  dan media komunikasinya dapat berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung) atau tertulis (papan pengumuman, poster dan buku pedoman), mengalir kebawah (memo dan instruksi tertulis), keatas (kotak saran, grievance prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke samping (panitia, pertemuan antar departemen), formal (diskripsi jabatan dan prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4.      Tahap Penerimaan.
Setelah pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Jika informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan, maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tersebut.
5.      Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang di”encoding” oleh komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan persepsi komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6.      Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan seperti apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.

D.    Definisi Organisasi
1.      Organisasi secara Umum
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.
2.      Organisasi menurut para ahli
Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
James D. Mooney, Organisasi adalah bentuj setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Chester I. Bernard, Organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Stephen P. Robbins, Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diindentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

E.     Komunikasi dalam Organisasi
     Istilah “komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis”yang berarti “sama” (common). Jika kita akan mengkomunikasikan suatu idea atau gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih dahulu suatu dasar titik-temu yang sama untuk mencapai suatu pemahaman atau pengertian. Komunikasi juga sebagai suatu tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.
      Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi.Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.

F.     Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Organisasi menurut para ahli
1.      Sendjaja
a.        Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b.      Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
  Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
  Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c.       Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d.      Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.
2.      Scott dan T.R. Mitchell
a.       Kendali, control, pengawasan.
b.      Motivasi.
c.       Pengungkapan emosional.
d.      Informasi.
3.      Thayer
a.       Memberi informasi.
b.      Membujuk.
c.       Memerintah.
d.      Memberi instruksi.
e.       Mengintegrasikan organisasi.

G.      Proses Komunikasi dalam Organisasi
1.      Komunikasi Internal
Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal, sehingga kerja organisasi dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas empat bagian, yaitu :
a.       Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah) :
Komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan pesan kepada bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
  Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja.
  Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk   dilaksanakan.
  Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku.
  Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Metode komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
  Metode tulisan.
  Metode lisan.
  Metode tulisan diikuti lisan.
  Metode lisan diikuti tulisan.
b.      Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah ke atas antara lain :
  Penyampaian informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.
  Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
  Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
  Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :
  Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka.
  Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai.
  Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.
  Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
c.       Horizontal Communication (komunikasi sesama) :
Komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama antara lain :
  Memperbaiki koordinasi tugas.
  Upaya pemecahan masalah.
  Saling berbagi informasi.
  Upaya pemecahan konflik.
  Membina hubungan dan mempererat kekeluargaan melalui kegiatan bersama.
d.      Interline Communication (komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi yang harus dipenuhi dalam komunikasi lintas-saluran :
  Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung.
  Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.

2.      Komunikasi Eksternal
Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
a.         Komunikasi dari organisasi kepada masyarakat.
Contohnya : konferensi pers, iklan, brosur
b.         Komunikasi dari masyarakat kepada organisasi.
Contohnya : menerima saran kritik, hotline customer service 24 jam

H.    Gaya Komunikasi dalam Organisasi
1.      The Controlling Style
controlling style communicationditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
2.      The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).
3.      The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4.      The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atausaleswomen).
5.      The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
6.      The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

I.       Bentuk Komunikasi dalam Organisasi
1.      Komunikasi Berdasarkan Bentuk
a.       Komunikasi Langsung, Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat. Contoh : Berbicara langsung kepada seseorang.
b.      Komunikasi Tidak Langsung, Komunikasi tidak langsung biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis waktu. Contoh : Radio, televisi.
2.      Komunikasi Berdasarkan Sasaran
a.       Komunikasi Massa, Komunikasi massa adalah komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar. Syarat-syarat komunikasi massa :
  Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele.
  Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami.
  Bentuk gambar yang baik.
  Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio.
b.      Komunikasi kelompok, Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. Contoh : Perawat dengan pengunjung puskesmas.
c.       Komunikasi Perorangan, Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau bisa dapat juga melalui telepon. Contoh : perawat dengan pasien.
3.      Komunikasi Berdasarkan Arah Pesan
a.       Komunikasi satu arah, Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. Contoh : Radio.
b.      Komunikasi Timbal Balik, Komunikasi timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Contoh : komunikasi kelompok atau komunikasi perorangan.

J.      Peran Komunikasi dalam Organisasi
   Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan mensinkronkan seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses penyampaian informasi yang berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi mencapai suatu tujuan.
   Sebuah bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi.
    Tujuan komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara, bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan mengetahui situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.

K.    Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1.      Hambatan dari Proses Komunikasi
a.       Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
b.      Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c.       Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d.      Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e.       Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
f.       Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2.      Hambatan  Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3.      Hambatan Semantik
4.      Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang  dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
5.      Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
6.      Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.

L.     Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1.      Gunakan umpan-balik, Beri kesempatan pada orang orang lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua arah.
2.      Kenali si penerima berita
  Bagaimana latar belakang pendidikannya,
  Bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
  Sejauh mana minat dan perasaan.       
3.      Rencanakan secara teliti, Pertimbangkan baik-baik, misalnya: apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.

M.   Contoh Studi Kasus
   Pengaruh komunikasi dalam organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja (studi kasus pada karyawan bagian produksi Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung).
   Komunikasi dalam organisasi, kepuasan kerja, kinerja. Dewasa ini telah banyak organisasi yang berdiri dan berkembang sukses baik dalam skala kecil maupun besar. Organisasi sendiri merupakan suatu alat dimana orang-orang mempersatukan kecakapan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sering dijumpai bahwa karyawan kurang terpuaskan hatinya dalam melaksanakan tugasnya karena informasi mengenai prosedur kerja yang disampaikan  pimpinan kurang dapat dipahami. Sehingga karyawan cenderung merasa khawatir, segan, dan takut dalam melaksanakan tugasnya.
   Dengan adanya perasaan-perasaan tersebut dalam melaksanakan tugas mengakibatkan kinerja karyawan menjadi menurun. Salah satu jalan mengatasi semua ini adalah dengan saluran komunikasi. Studi kasus  ini bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam tentang komunikasi dalam organisasi yang ada di Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung guna meningkatkan kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
    Berdasarkan wacana diatas disarankan antara atasan dengan bawahan pada Pabrik Kertas CV Setia Kawan Tulungagung lebih sering meningkatkan koordinasi (mengadakan sharing) sehingga setiap kegiatan akan berjalan dengan baik karena dapat mengerti perasaan karyawan mulai dari masalah pekerjaan, rekan sekerja, sampai masalah kesesuaian upah, secara periodik para atasan (direktur, manager, kepala bagian)lebih sering terjun langsung ke lapangan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dan kinerja, pimpinan memperhatikan keluhan-keluhan dari para karyawan.
                          



DAFTAR PUSTAKA


http://alvitaprima.blogspot.com/2013/05/makalah-komunikasi-dalam-organisasi_23.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

http://radenmasyonatanpandukristanto.blogspot.com/2013/05/peran-komunikasi-dalam-organisasi.html

Peran Fungsi Manajer

LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PERAN DAN FUNGSI MANAJER


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016





PERAN DAN FUNGSI MANAJER

A.    PENGERTIAN MANAJER
   Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latinmanus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
   Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
   Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. ( Ahmad Elqorni, 2009 ).

B.     TINGKATAN MANAJER
1.      Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2.      Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.      Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

C.    Peran-peran Manajerial
1.      Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu:
a.       Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.
b.      Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.
c.       Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.

2.      Peran Informasional (Informational Role)
Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin. Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.
a.      Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.
b.      Peran sebagai disseminator (Disseminator role)
Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c.       Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.

3.      Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)
Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
a.      Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
b.      Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)
Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya.
c.       Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.
d.      Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.


D.    FUNGSI MANAJEMEN
5  fungsi manajemen yg paling penting menurut Handoko (2000:21) yg berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henri Fayol
1.      Planning, Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yg dibutuhkan utk mencapai tujuan.
2.      Organizing, Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:
a.       Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan organisasi.
b.      Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
c.       Penugasan tanggung jawab tertentu
d.      Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu utk melaksanakan tugasnya.
3.      Staffing, Staffing atau penyusunan personalia adl penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yg menguntungkan dan produktif.
4.      Leading, Leading atau fungsi pengarahan adl bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka lakukan.
5.      Controlling, Controlling atau pengawasan adl penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dgn yg telah ditetapkan.

E.     KETERAMPILAN MANAJER
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
1.      Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2.      Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.      Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
1.      Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

2.      Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

F.   BEDA PEMIMPIN DAN MANAJER
1.      Pengertian Pemimpin
         Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk Mendorong Orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya  ( Ordway Tead ).
          Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill ).
2.      Tugas - tugas pimpinan :
a.       Sebagai pengambil keputusan
b.      Sebagai pemikul tanggung jawab
c.       Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d.      Bekerja dengan atau melalui orang lain
e.       Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
3.      Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a.       Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan penghubung jaringan kerja di luar kelompok.
b.      Sebagai inovator atau pembaharu
c.       Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan mewakilikelompok sebagai pembicara.
d.      Menghimpun kekuatan
e.       Merangsang perdebatan masyarakat
f.       Membuat kedudukan perawat di media massa
g.      Memilih suatu strategi utama yang paling efektif, bertindak di saat yang tepat
h.      Mempertahankan kegiatan
i.        Memelihara formaf desentralisasi organisasi
j.        Mendapatkan dan mengembangkan data penelitian yang terbaik
k.      Mempelajari pengalaman

Konsep kepemimpinan dalam manajemen

LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016




Kepemimpinan Dalam Manajemen

A.    Pengertian Kepemimpinan
   Kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memadu (to guide), untuk menjalankan arah tertentu , untuk menggerakkan berjalan kedepan, menjadi yang pertama, membuka permainan dan cendenung ke hasil yang pasti.
   Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka memiliki moitvasi untuk mencapai tujuan yang hendak di capai dalam situasi tertentu

B.     Kegiatan Kepemimpinan                         
        Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan, menyupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengordinasikan hasil yang sedang atau yang di lakukan dan mempersatukan usaha dan berbagai individu yang memiliki karekterisik yang berbeda.

C.    Gaya Kepemimpinan
         Secara mendasar kepemimpinan di bedakan menjadi tiga yaitu ,otoratik,demokratif,atau partisipasi dan free rain(delegative). Gaya kepemimpinan   otoratik  merupakan gaya kepemimpinan utama yang beroriontasi pada tugas dengan menggunakan jabatan dan kekuatan pribadinya untuk mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan demokratis biasanya melibatkan kelompok dalam pengadilan ,keputusan dan memberikan tanggung jawab pada para karyawan. Gaya kepemimpinan terakhir adalah kepemimpinan laize fair atau free rain.

D.    Model Kepemimpinan
    Terrdapat 3 model kepemimpinan yaitu model Ohio State, kepemimpinan situasional, dan mannagerial Grids (Lamonica; 1986)
1.      Model Ohio State
Model di kembangkan pertama kali oleh anggota Staf dan Ohio State Leadership Studies (Lamonnica 1986). Model ini mengandun 2 komponen yaitu:
a.       Struktur prakarsa: Mengganbarkan pemimpin untuk melakukan pengorganisasia dan mendevinisikan kegiatan para anggota kelompok beserta peran yang di kembannya.
b.      Pertimbangan: Sebagai komponen kedua dalam model ini, melibatkan komunikasi 2 arah untuk menjawab keputusan keompok melalui menanyakan pendapat. Keyakinan dan keinginan.
2.      Kepemimpinan Situasional
   Teori ini di lakukan oleh Hersey dan Blanchard (1977) yang merupakan pengembangan dan model Ohio State. Berdasarkam model ini akan muncul 4 karekteristik prilaku kepemimpinan yaitu:
a.       hubungan tinggi tugas rendah
b.      tugas rendah hubungn rendah
c.       tugas tinggi hubungan tinggi
d.      hubungan tinggi tuga rendah.
3.      Manegerial Grid
    Model kepemimpinan ini dikembangkan olh blake dan mounton (1978) yang pada tahun 1981 dengan taper mencoba model ini dalam keperawatan. Secara garis besar, model ini terbagi dalam beberapa kisi2 yang terdiri atas 5 gaya kepemimpinan yang di dasarkan pada suatu kombinasi kepeulian terhadp produksi/ 7 an institusi dan kepedulian terhadap orang, prilaku kepemimpinan terbagi atas 5 macam : Kepemimpinan otoritas kepatuhan, Kepemimpinan tim, Kepemimpinan kontryclub, Kepemimpinan iskin dan kepemimpinan Organisasi.
4.       Kepemimpinan Efektif
    Berbagai macam karekteristak prilaku kepemimpinan berdasarkan model kepemimpinan diatas dala implmentasinya di pengaruhi faktos situasi yang kerap di sebut dengan tingkat kedewasan. Faktor-faktor tersebut kdi kelompokkan 4 katagori yaitu
a.       Kedewasaan tngggi rendah yang di tanndai dg tidak mampu dan tidak mau
b.      Tingkat rendah sedang yang dicirikan dengan tidak mampu tetapi mau
c.       Tingkat sedang tinggi dengan ciri2 mampu tetapi tidak mau
d.      Kedewasaan tingkat tinggi dengan ciri2 mampu dan mau

POA

LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
PLANING OF ACTION (POA)


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016




LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PLANING OF ACTION

ANALISA DATA
Setelah data terkumpul, analisa data komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu katagorisasi, ringkasan, perbandingan dan kesimpulan.

a.      Analisa Data
No Katagori Data Ringkasan Laporan Kesimpulan
1       1)      Lingkungan Fisik
2)      Pelayanan Kesehatan dan sosial
3)      Ekonomi
4)      Transportasi dan keamanan
5)      Politik dan pemerintahan
6)      Komunikasi
7)      Pendidikan
8)      Rekreasi
  Pilih salah satu dari 8 sub sistem sesuaikan dengan katagori data
2

•         Katagori data diisi dengan Data Objektif, Data Subjektif, Studi Dokumentasi, Survey, dll
•         Ringkasan Laporan diisi dengan membuat ringkasan data (analisa data seperti mengisi Phatofisiologi)
•         Kesimpulan diisi dengan mengacu pada klasisfikasi 8 sub sistem dalam komunitas (Lihat Buku Panduan lampiran 5)
1.      Lingkungan Fisik
2.      Pelayanan Kesehatan dan sosial
3.      Ekonomi
4.      Transportasi dan keamanan
5.      Politik dan pemerintahan
6.      Komunikasi
7.      Pendidikan
8.      Rekreasi



Setelah tabel analisa data terselesaikan lanjutkan langkah berikutnya yaitu mengisi tabel penapisan.


b.      Penapisan (Scoring Data)

Masalah Kesehatan Kesadaran Masyarakat Akan Adanya Masalah Motivasi Masyarakat Dalam Menyelesaikan Masalah Kemampuan Perawat Untuk Mempengaruhi Masyarakat Dalam Penyelesaian Masalah Ketersediaan Keahlian Yang Relevan Diwilayah Binaan Beratnya Konsekwensi Jika Masalah Tidak Terselesaikan Mempercepat Penyelesaian Masalah Dengan Resolusi Yang  Dapat Dicapai Jumlah Nilai

Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
Kriteria:

Tinggi (3)
Sedang (2)
Rendah (1)
1

2

Dst

Sumber: Stanhope & Lancaster (2016) dalam Made Riasmini (2017)

Catatan:
Masalah kesehatan diisi dengan mengacu pada kesimpulan yang diisi ditabel analisa data

Selanjutnyan Setelah tabel penapisan/scoring terselesaikan lanjutkan langkah berikutnya yaitu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas dengan mengacu pada NANDA NIC NOC


Berikutnya penyusunan Planing OF Action seperti Pada Tabel Berikut











PLANING OF ACTION DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI WILAYAH BINAAN DUSUN ............. DESA ......... KEC ......... KAB .......................
TAHUN 2017


No Masalah Jenis Kegiatan Tujuan Indikator Tempat Sumber Biaya Waktu Penanggung Jawab Ket.
1 Lingkungan Fisik
 Sumber air minum
 SPAL
 Pembuangan & Pengelolaan Sampah
 Sumber Pencemaran
 Perumahan
 Kualitas Makanan
 Ketersediaan ruang terbuka hijau
2 Pelayanan Kesehatan dan social
 Jenis penyakit terbesar
 Kepemilikan Jaminan Kesehatan
 Upaya Pelayanan Kesehatan KIA, KB, Imunisasi, Gizi
 Penyakit Menular
3 Ekonomi
 Upaya peningkatan sumber daya keluarga (Pelatihan Keterampilan dan produktifitas)
 UKK
4 Transportasi dan keamanan
 Layanan perlindungan
5 Politik dan pemerintahan
 Kelompok pelayanan masyarakat (Posyandu, PKK, Posbindu, Poskesdes, Panti Jompo, Panti Sosial Anak, Karang Taruna)
6 Komunikasi
 Penyediaan sumber informasi keluarga & Masyarakat
7 Pendidikan
 UKS
 Kantin Sehat
 Perpustakaan
8 Rekreasi
 Ketersediaan lahan rekreasi (Contoh lingkungan ramah anak)

Selanjutnya jabarkan jenis kegiatan berdasarkan masalah yang ada.
Jenisnya pertujuan untuk mengubah Pengetahuan (Cognitif) Sikap (Afektif) dan Perilaku (Psikomotor)
Bisa penkes, promkes, simulasi, seminar, refresing kader, percontohan dll



CONTOH POA


NO
STRATEGI
TUJUAN
SASARAN
PROGRAM KERJA PENANGGUNG JAWAB WAKTU
22 26 27 28 29 30 31
1 Meningkatkan profesionalisme melalui penerapan model pelayanan keperawatan professional, meningkatkan kualitas perawat dengan memanfaatkan kesempatan melanjutkan pendidikan formal maupun pelatihan keterampilan -    MAKP sesuai dengan standar
-    Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien Kepuasan pasien ≥ 90% -     Melaksanakan Role Play metode Tim
-     Melaksanakan ronde keperawatan
-     Mendiskusikan dengan kepala ruangan melati lantai 5 dan resosialisasi  tentang Hand Hygiene
-     Mendiskusikan dengan kepala ruangan melati lantai 5 tentang pemakaian identitas gelang pasien Elfin Pratama Efendi, S.Kep √ √ √ √ √ √ √
2 Melaksanakan pelayanan asuhan  keperawatan berdasarkan SPO dan SAK sesuai dengan teknis keperawatan dan teknis manajemen secara maksimal dengan fasilitas dan ketenagaan yang memadai. -   Pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan SPO dan SAK
-   Sarana dan prasarana sesuai dengan standar Kelengkapan dokumentasi 100%
-       Mendiskusikan dengan kepala ruangan melati lantai 5 tentang pemakian format pendokumntasian asuhan keperawatan yang digunakan.
-       Melaporkan kepada kepala ruangan melati lantai 5 dan mendiskusikan tentang sarana dan prasarana yang tidak sesuai. Tresna Andriyani, S. Kep

Cucu Saeful Hidayat, S. Kep

Analisis SWOT

LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
SPACE MATRIKS ANALISIS SWOT


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016




A.    Pengertian SWOT
    SWOT adalah teknik yang sudah sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan administrasi (administrator). Sehingga, SWOT di sini tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan tuntutan jaman
    Analisis SWOT secara sederhana mudah dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. Jika hal ini digunakan dengan benar, maka dimungkinkan bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi perusahaan itu dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga yang lain.
     Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan.
     Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan dengan program yang lebih inovatif dan relevan
    Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
     Menurut Johnson (1989) dan Bartol (1991), SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan.
     Analisa SWOT adalah analisa yang sangat dikenal dalam proses pembuatan strategi bisnis.
1.      Strenghts (S)
Mencerminkan kekuatan yang dimiliki oleh media. Dalam kasus Riau Pos tetap eksis dengan banyaknya persaingan media yang juga berkualitas, namun tetap dapat mengalahkan media-media yang baru dan lebih murah. Inilah yang dimiliki Riau Pos yang memiliki segmen pasar sendiri, dan telah teruji puluhan tahun lamanya. Kekuatan lainnya adalah adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah yang  loyal.
Begitu juga dengan media yang lain, kekuatan yang paling mencolok adalah kekuatan nilai berita yang berbeda dan mempunyai segmen pasar tersendiri pula. Selain itu, media tersebut juga telah memiliki jaringan dan infrastruktur yang luas mencakup segenap wilayah tanah air sehingga memudahkan untuk melakukan ekspansi dan penetrasi pasar.

2.      Weaknesses (W)
Mencerminkan kelemahan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dalam kasus media Riau Pos kelemahan yang dimiliki adalah nilai dari beritanya. Begitu pula dengan media yang lainnya, juga memiliki kelemahan baik itu kelemahaan dari strategi pemasaran maupun  dari  system. Hal ini boleh jadi merupakan titik lemah ketika selera masyarakat baik itu masyarakat menengah kebawah maupun menengah keatas.

3.      Opportunities (O)
Mencerminkan peluang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dalam kasus media,  peluang yang mereka miliki adalah jumlah penduduk Indonesia khusunya Propinssi Riau yang sangat besar dan ini merupakan pasar yang potensial untuk pemasaran media.
Dalam kasus Koran Riau, karena ini adalah media  baru maka peluang yang  dimiliki adalah kebutuhan masyarakat yang membutuhkan informasi yang kritis dan informasi yang sesuai dengan faktanya. Dan permintaan masyarakat yang tinggi akan produk yang murah namun berkualiatas.

4.      Threats (T)
Mencerminkan ancaman potensial yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam kasus media, pada dasarnya semua perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil memiliki ancaman. ancaman yang paling potensial bagi media pada umumnya adalah apabila system pemerintah yang berubah-ubah, bagaimana jika fungsi media dikembalikan kembali pada masa pada zaman pemerintah yang otoriter. Pembatasan iklan pada media tentu akan sangat berdampak negatif pada perusahaan dan pemasaran media. Selain itu, ancaman lainnya adalah kesadaran masyarakat yang makin tinggi akan munculnya beragam kampanye dan propaganda yang ada pada media tersebut.

B.     Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT pada tiap media massa dapat dilakukan, seperti yang diterangkan dibawah ini:
a.       Strengths ( Kekuatan / Kelebihan)
•         Tersedianya dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
•         Tersedianya undang-undang pers.
•         Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana media massa.
•         Adanya promosi yang dapat dilakukan.
b.      Weaknesses (Kelemahan/Kekurangan)
•        Pelayanan terhadap masyarakat
•        Mutu/ kualitas sebagian Sumber Daya Manusia (SDM).
•        Belum optimalnya fungsi pers.
•        Kurangnya kepedulian pihak swasta terhadap pers.
c.       Opportunities (Peluang /Kesempatan)
•         Adanya partisipasi dan dukungan masyarakat.
•         Adanya dukungan pemerintah.
•         Adanya dunia usaha/industri yang bersedia bekerjasama.
•         Kebutuhan masyarakat terhadap informasi.
d.      Threats ( Ancaman)
•         Perilaku dan budaya masyarakat yang kurang mendukung kerja media.
•         Masih adanya krisis ekonomi yang melemahkan kemampuan masyarakat secara finanasial.
•         Belum mempunyai dukungan dari pemerintahan  yang otoriter
•         Image sebagian Masyarakat bahwa media tidak menjanjikan masa depan yang lebih baik.

          Analisis SWOT merupakan salah satu analisis pilihan (strategic chice) yang sudah sangat populer. Dalam bahasan ini, analisis SWOT akan digunakan sebagai instrument analisis yang dapat memkaiinstrumen lain yang lebih sesuai atau memadai dengan lokus-lokus yang telah di tentukan dalam simulasi.
          Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah institusi beroperasi.
         Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut di atas: kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.
         Aktivitas SWOT dapat diperkuat dengan menjamin analisa tersebut berfokus pada kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat  beroperasi. Ini adalah dua variable kunci dalam membangun atau mengembangkan strategi jangka panjang institusi. Strategi ini harus dikembangkan dengan berbagai metode yang dapat memungkinkan institusi mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan.
          Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengaduan visi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah identitas yang berbeda dari para pesaingnya. Begitu sebuah identitas disitingtif mampu dikembangkan dalam sebuah perusahaan, maka karakteristik mutu dalam perusahaan tersebut akan menjadi lebih mudah diidentifikasi. Kemudian perlu adanya suatu strategi yang dapat meningkatkan kualitas, penjualan, ataupun tingkat kepercayaan masyarakat.
          Strategi pada hakekatnya adalah perencanakan (planning) dan manejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
           Tidak ada strategi yang terbaik bagi suatu perusahaan sebab setiap perusahaan harus menyusun strategi menurut kompetensi inti yang dipunyai untuk mencapai tujuan. Bahkan dalam suatu perusahaan, strategi yang berbeda dibutuhkan untuk perusahaan yang dimiliki agar unggul dalam persaingan. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) ada tiga strategi bersaing untuk menang adalah :
a.       Kepemimpinan biaya rendah
Disini perusahaan bekerja keras untuk mencapai biaya produksi terendah untuk sehingga dapat menetapkan harga lebih rendah ketimbang pesaingnya dan berhasil merebut pangsa pasar yang lebih besar dari pesaingnya.
b.      Diferensiasi
Disini perusahaan memusatkan perhatian pada penciptakan line product dan program pemasaran berbeda sehingga akhirnya muncul sebagian pemimpin pasar.
c.       Fokus
Disini perusahaan memusatkan perhatiannya pada usaha melayani beberapa segmen pasar yang baik dan bukan mengejar seluruh pasar.

        Perusahaan yang melakukan dengan baik salah satu strategi diatas  kemungkinan akan memperoleh kinerja yang baik. Dan strategi yang lain yang dapat dilakukan juga dapat dengan strategi-strategi SWOT :
a.       Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan lembaga, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b.      Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c.       Strategi WO
Strategi diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d.      Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defisit dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisa SWOT. Yang paling utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.


C.    Perencanaan Butgeting Dalam Manajemen Keperawatan
   Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Dari pengertian di atas nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai empat unsur, yaitu:
1.      Rencana
2.      Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
3.      Dinyatakan dalam unit moneter
4.      Jangka waktu tertentu yang akan datang
5.      Manfaat Budget
Manfaat Budget terdiri dari tiga pokok, yaitu :
1.      Sebagai pedoman kerja
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.
2.      Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi pula sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam Budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.
3.      Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

Proses Penyusunan Budget
Sebagaiman telah dijelaskan di atas, suatu Budget dapat berfungsi dengan baik bilamana tafsiran-tafsiran (forecast) yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penafsiran secara lebih akurat, diperlakukan sebagai data, informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun Budget
Prosedur Penyususnan Budget.
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun Budget serta pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun Budget serta kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak harus ditangani sendiri oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian lain dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau bagian apa yang diserahi tugas memprsiapkan dan menyusun Budget tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi pada garis besarnya tugas mempersiapkan dan menyususn Budget ini dapat didelegasikan kepada :
Bagian administrasi, bagian perusahan yang kecil. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana, dengan ruang lingkup yang terbatas, sehingga tugas penyusunan Budget dapat diserahkan kepada salah satu bagian saja dari perusahaan yang bersangkutan, dan tidak perlu banyak melibatkan secara aktif seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
Panitia Budget, bagian perusahan yang besar. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks, beraneka ragam dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga Bagian Administrasi tidak mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Budget sendiri tanpa partisipasi aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu tugas menyusun Budget perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di dalam perusahaan, yang duduk dalam Panitia Budget. Tim penyusunan Budget ini biasanya diketuai oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur) dengan anggota-anggota yang mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian Pembelanjaan, serta Bgaian Personalia.
Di dalam Panitia Budget inilah dilakukan pembahasan-pembahasan tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang, sehingga Budget yang tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan kondisi, fasilitas serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu. Kesepakatan bersama ini penting agar pelaksanaan Budget nanti benar-benar didukung oleh seluruh bagian yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan terciptanya kerja sama yang saling menunjang dan terkoordinasikan dengan baik.
Baik Budget yang disusun oleh Bagian Administrasi (perusahaan kecil), maupun yang disusun oleh Panitia Budget (perusahaan besar), barulah merupakan Rancangan Budget atau Draft Budget (tentative budget). Rancangan Budget inilah yang diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai Budget yang defenitif.
Sebelum disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan perubahan-perubahan terhadap rancangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk diadakannya pembahsan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan pihak yang diserahi tugas menyusun Rancangan Budget tersebut. Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka Rancangan Budget tersebut telah menjadi Budget yang defenitif
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah:
1.      Rencana harian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing. Rencana harian dibuat sebelum operan dan dilengkapi saat operan dan pre conferenceContoh terlampir.
2.      Rencana bulanan
Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatam kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup bulanan karu adalah:
a)      Membuat jadwal dan memimpin case conference
b)      Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
c)      Membuat jadwal dinas
d)     Membuat jadwal petugas menerima pasien baru
e)      Memimpin rapat bulanan perawat
f)       Membuat jadwal supervise dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
g)      Melakukan audit dokumentasi
h)      Membuat laporan bulanan.

3.      Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
a.       Mempresentasikan kasus dalam case conference
b.      Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
c.       Melakukan supervise perawat pelaksana.
4.      Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan mengevaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
a.      Menyusun laporan tahunan yang berisitentang kinerja MPKP baik proses kegiatan serta evaluasi mutu pelayanan.
b.      Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
c.       Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual, untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

Menghitung BOR, ALOS, TOI dan BTO


LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Stase
Manajemen keperawatan program profesi ners
Stikes Bina Putera Banjar








Disusun oleh:
Tresna Andriyani






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XII
2016


MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
1.      BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)

2.      ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jlh pasien keluar (hidup + mati)

3.      TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))


4.      BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

5.      NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam     × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))


6.      GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya   × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))


MENGHITUNG TENAGA PERAWAT
A.    Cara rasio
   Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan  sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
        Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

B.     Cara Demand
    Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1.      untuk kasus gawat darurat         : 86,31 menit
2.      untuk kasus mendesak               : 71,28 menit
3.      untuk kasus tidak mendesak      : 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:
No Jenis pelayanan Rata – rata jam perawatan / hari
1 Non bedah 3,4
2 Bedah 3,4
3 Campuran bedah dan non bedah 3,5
4 Pos partum 3,0
5 Bayi baru lahir 2,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.

C.    Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut:
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
a.       Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
  self care dibutuhkan ½ x 4 jam               : 2 jam
  partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam           : 3 jam
  Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam      : 4-6 jam
  Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam       : 8 jam
b.      Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
c.       Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer  dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
  Jumlah tempat tertentu x 365
  Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
1.      Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
2.      Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
3.      Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
CONTOH

Dalam suatu Rumah Sakit Y, setelah dilakukan perhitungan selama 30 hari didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 4000 dan ada 200 tempat tidur. Jumlah pasien yang keluar 500 orang. Berapa BOR, ALOS dan TOI Di rumah sakit tersebut.
Jawaban :
BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                           Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
               =          4000                x          100 %
                           200 x 30
               =          4000                x          100 %
                           6000
               =          0.67                 x          100 %
               =          67 %

ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                           Jumlah pasien keluar
                 =          4000
                             500
                 =          8 hari

TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
    Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (200     x          30)       -           4000
                                                     500
                 =          6000    -           4000
                                         500
                 =          2000
                             500
                 =          4 hari


2.        Dalam suatu Rumah Sakit Z, setelah dilakukan perhitungan selama 30 hari didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 6000 dan ada 300 tempat  tidur. Jumlah pasien yang keluar 2000 orang. Berapa BOR, ALOS dan TOI Di rumah sakit tersebut.
Jawaban :
BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                             Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
                 =          6000                x          100 %
                             300 x 30
                 =          6000                x          100 %
                             9000
                 =          0.67                 x          100 %
                 =          67 %

ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                             Jumlah pasien keluar
                 =          6000
                             2000
                 =          3 hari

TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
                              Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (300     x          30)       -           6000
                                                     2000
                 =          9000    -           6000
                                         2000
                 =          3000
                             2000
                 =          1,5 hari


SOAL
1.        Hitung BOR
2.        Hitung ALOS
3.        Hitung TOI

Jawaban :
1.        BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                             Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
                 =          154                  x          100 %
                             10 x 20
                 =          154                  x          100 %
                             200
                 =          0.77                 x          100 %
                 =          77 %

2.        ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                             Jumlah pasien keluar
                 =          154
                             28
                 =          5,5 hari

3.        TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
                              Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (10       x          20)       -           154
                                                     28
                 =          200      -           154
                                         28
                 =          46
                             28
                 =          1,64 hari
SOAL
1.        Hitung BOR
2.        Hitung ALOS
3.        Hitung TOI
Jawaban :
1.        BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                             Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
                 =          228                  x          100 %
                             15 x 20
                 =          228                  x          100 %
                             300
                 =          0.76                 x          100 %
                 =          76 %

2.        ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                             Jumlah pasien keluar
                 =          228
                             40
                 =          5.7 hari

3.        TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
                              Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (15       x          20)       -           228
                                                     40
                 =          300      -           228
                                         40
                 =          72
                             40
                 =          1,8 hari


SOAL
Hitung BOR
Hitung ALOS
Hitung TOI
1.        BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                             Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
                 =          156                  x          100 %
                             10 x 20
                 =          156                  x          100 %
                             200
                 =          0.78                 x          100 %
                 =          78 %

2.        ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                             Jumlah pasien keluar
                 =          156
                             26
                 =          6 hari

3.        TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
                              Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (10       x          20)       -           156
                                                     26
                 =          200      -           156
                                         26
                 =          44
                             26
                 =          1,7 hari

SOAL
Hitung BOR
Hitung ALOS
Hitung TOI
   BOR         =                     Jumlah hari perawatan                         x  100%
                             Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
                 =          182                  x          100 %
                             15 x 15
                 =          182                  x          100 %
                             225
                 =          0.81                 x          100 %
                 =          81 %

2.        ALOS      =          jumlah hari perawatan pasien keluar
                             Jumlah pasien keluar
                 =          182
                             34
                 =          5.4 hari

3.        TOI          =          ( jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS
                              Jumlah pasien keluar ( hidup + mati )
                 =          (15       x          15)       -           182
                                                     34
                 =          225      -           182
                                         34
                 =          43
                             34
                 =          1,3 hari




DAFTAR PUSTAKA

Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina: Jakarta.
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta.